BIOGRAFI PRESIDEN SUKARNO
Presiden Sukarno merupakan Presiden pertama Indonesia. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia
dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali
Pancasila. Ia adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Di kemudian
hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri
menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah. Ia
tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan
tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang tidak boleh diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung
Karno. Berikut seputar biografi Presiden Sukarno dari berbagai web :
Penamaan
Nama lengkap Soekarno ketika lahir adalah Kusno
Sosrodihardjo. Ketika masih kecil, karena sering sakit-sakitan, menurut
kebiasaan orang Jawa; oleh orang tuanya namanya diganti menjadi Soekarno. Di
kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya
sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan
penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya
karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah. Sebutan akrab untuk
Ir. Soekarno adalah Bung Karno.
Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang
ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali
berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa
nama kecil Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian
masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak
memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed
di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti
wikipedia bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa
Spanyol.
Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika
menunaikan ibadah haji.
Dan dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama
Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal
Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan
pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab. (Wikipedia)
Latar belakang dan pendidikan
Soekarno atau Bung Karno dilahirkan dengan nama Kusno
Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di
Surabaya, Jawa. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng,
Bali
Ketika kecil Soekarno tinggal bersama
kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya
yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan
disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat
Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin
Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno
kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).
Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno
melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada
tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo
dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National
Indische Partij.
Masa pergerakan nasional
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan
Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai
Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI
menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan
pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada
tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung
dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno
kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini,
Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap
membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan
Islam bernama Ahmad Hassan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno
diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa
penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang
Soekarno bersama Fatmawati dan
Guntur
Pada awal masa penjajahan Jepang
(1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh
pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di
Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin
yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan
Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti
Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan
lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam
berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI
dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas
Mansyur dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya
tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah
tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang
adalah fasis yang berbahaya.
Soekarno diantara Pemimpin Dunia
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato
pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa
meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan
yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar
pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia
sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok Peristiwa
Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang
Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki
Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito.
Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh
Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan
Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu
dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang
oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat
Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah
urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan
organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama
dengan Jepang,antara lain dalam kasus romusha.
Masa Perang Revolusi
Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno
di Rengasdengklok.
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional
mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil
yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam
Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta
mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di
Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus
1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke
asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang
membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda
menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik
Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan
karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno,
Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai
penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan
moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17
Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim
yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi
Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan
Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil
presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan
Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan
Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang
masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang
dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui
kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan
Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di
Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang
membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada
waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia
dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara
lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD
1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara
(presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem
pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden
Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala
Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan
maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini
ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada
saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting,
terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer
Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta
dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara,
tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap
mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya,
hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah
Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat
sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan
kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena
tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan,
maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik
Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai
pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya
kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada
kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi
dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup
populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala
pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal
sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang
mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit
kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi
konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya
kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan
Udara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan
gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa
Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya
sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif
untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila.
Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat
"bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan
imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya
perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia
internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama
Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali
Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan
Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu,
banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun
sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat
ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai
negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari
kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan
Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri yang
bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai
negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita
Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro
(Kuba), Mao Tse Tung (RRC).
Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak
ia "bercerai" dengan Wakil Presiden Moh. Hatta, pada tahun 1956,
akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah
dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia,
dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa jabatannya
tidak dapat "memenuhi" cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan
sejahtera.
Sakit hingga meninggal
Soekarno wafat pada tanggal 21
Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta, setelah mengalami pengucilan oleh
penggantinya Soeharto. Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur, dan
kini menjadi ikon kota tersebut, karena setiap tahunnya dikunjungi ratusan ribu
hingga jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat
penyelenggaraan Haul Bung Karno.
Peninggalan
Pada tanggal 19 Juni 2008, Pemerintah Kuba
menerbitkan perangko yang bergambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.
Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan
"kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba".
sumber :
http://info-biografi.blogspot.com/2010/02/ir-soekarno.html
0 komentar:
Posting Komentar